Tulisan: Abdul Karim Kemaladerna (Anggota DPRK Gayo Lues)
Portal Datiga,Essai -Hampir semua orang mengenal apa yang disebut dengan jaring laba-laba. Sarang dan sekaligus perangkap untuk memenuhi kebutuhan makanan dari laba-laba yang menghuni jaring tersebut.
Istilah ini muncul pada program Gubernur Aceh sekitar tahun 1990-an disaat Prof DR Ibrahim Hasan menjabat Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
Beliau mempunyai obsesi untuk menyatukan seluruh Aceh, mulai dari pegunungan Bukit Barisan sampai ke Pantai Barat dan Timur Aceh melalui sebuah rute jalan yang bila dilihat dari udara, jalan tersebut mirip dengan jaring laba-laba yang saling mengkait satu dengan yang lain.
Impian Ibrahim Hasan puluhan tahun yang lalu kemudian diterjemahkan kembali oleh generasi penerusnya, Gubernur Abdullah Puteh dengan sebutan baru Ladia Galaska, Lautan Hindia Gayo Alas Selat Malaka.
Sebuah nama yang cukup seksi sehingga mengundang berbagai pihak menyoroti program tersebut.
Daerah pegunungan Gayo dan Alas yang berada di kaki Bukit Barisan belum banyak tersentuh pembangunan sebagaimana Daerah Pesisir. Hal tersebut menimbulkan kecemburuan, dan oleh pemimpin Aceh saat itu merasa perlu untuk diatasi secara bijak.
Terlepas dari setuju atau tidak, secara kasat mata bahwa ada beberapa perbedaan antara penduduk didaerah pegunungan dengan pesisir. Mulai dari budaya, bahasa dan juga adat istiadat.
Hal tersebut berimbas kepada peluang diberbagai bidang seperti kesempatan untuk menduduki posisi di Pemerintahan Provinsi.
Hal ini antara lain karena lemahnya jaringan dan posisi tawar, juga terbatasnya jumlah tokoh yang menonjol dan layak untuk bersaing di tingkat Provinsi.
Teman teman dari dataran tinggi merasa lebih nyaman menjadi pemain lokal dari pada bertarung ditingkat yang lebih luas.
Sebuah kecelakaan sejarah yang menyebabkan Gubernur Irwandi berurusan dengan aparat penegak hukum secara tidak langsung melejitkan satu tokoh yang pada awalnya hanya pendamping menjadi orang nomor satu di Aceh, Nova Iriansyah.
Sejak saat itu program yang pada mulanya hanya sekedar wacana diwujudkan dalam bentuk kegiatan multiyears, pembangunan jalan Tongra – Babahrot – Aceh Barat Daya dan Blangkejeren ke Simpang Pereulak – Aceh Timur.
Wujud jaring laba-laba mulai terbentuk dan peran Nova Iriansyah sangatlah besar. Barangkali bila bukan Nova yang menjadi Gubernur maka impian tersebut tetap tersimpan dan entah kapan direalisasikan.
Walau belum sempurna betul dan masih banyak kelemahan di sana-sini namun pondasi untuk jaring laba-laba sudah tergambar dan telah nyaman untuk dilintasi.
Hanya saja perawatannya yang perlu dipikirkan atau bila bergaining kita cukup kuat, status jalan tersebut dapat ditingkatkan menjadi jalan nasional sehingga perbaikannya menjadi kewajiban Pusat.
Kita wajib bersyukur atas kondisi ini, Gayo Lues telah menjadi perlintasan simpang empat atau malah simpang lima bila jalan Lesten – Pulotige Seumadam dapat segera terwujud.
Memang sudah menjadi fitrah manusia untuk tidak pernah puas menerima keadaan dan ingin lebih baik lagi dan itu adalah suatu kewajaran. Oleh sebab itu sarana jalan tersebut perlu kita jaga dan awasi bersama karena dari sanalah masa depan Gayo Lues bisa berobah kearah yang lebih baik.
Wassalam. Cimanggis 18 April 2023.