Menggali Makna ‘Tol Langit
Takengon-portaldatiga.com |
Dalam suasana politik Pilkada Aceh Tengah 2024, kemunculan Paslon No. 3, Shabela Abubakar dan Eka Saputra (SEDE), mengundang banyak perhatian. Beberapa pendukungnya, termasuk tokoh masyarakat Said Muslim, menggambarkan perjalanan mereka sebagai yang “dikawal Bala Tentara Allah,” di mana dukungan yang terus mengalir dianggap sebagai wujud pertolongan Tuhan. Mereka melihat hadirnya dukungan ikhlas dari ulama dan masyarakat sebagai tanda yang mengarahkan SEDE menuju kemenangan melalui “tol langit keikhlasan.”
Sebuah opini muncul dalam penyampaian Said Muslim tentang “tol langit keikhlasan” ini, yang dianggap sebagai jalan bebas hambatan yang diridhoi Tuhan bagi mereka yang tulus berjuang. Dalam perjalanannya, SEDE mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan, mulai dari ulama, masyarakat, hingga individu yang tadinya mendukung kandidat lain. Penggambaran ini menunjukkan bahwa kehadiran SEDE di Pilkada tak hanya dipandang sebagai urusan politik belaka, tetapi juga sebagai sebuah perjalanan spiritual.
Fenomena tiga peristiwa yang dikemukakan, yaitu dialog emosional dengan ulama, tumpah ruahnya pendukung di luar arena debat, dan derasnya doa serta zikir dari seluruh penjuru, mencerminkan dorongan dari sisi agama yang kuat. Banyak yang melihatnya sebagai hal yang tidak biasa, bahkan cenderung ajaib. Hal ini tidak hanya memperlihatkan besarnya dukungan kepada SEDE, tetapi juga menambah lapisan makna spiritual dalam Pilkada kali ini. Dalam pandangan sebagian masyarakat, dukungan ini menandakan bahwa ada sesuatu yang lebih besar daripada sekadar politik yang sedang bekerja.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ungkapan seperti “dikawal Bala Tentara Allah” dan “tol langit keikhlasan” bisa menjadi bahan perdebatan. Di satu sisi, beberapa kalangan melihat dukungan ulama dan masyarakat sebagai sebuah kekuatan moral yang tulus, tetapi di sisi lain, banyak yang menganggap hal ini tidak lebih dari strategi politik yang membungkus ambisi kekuasaan dengan narasi religius. Meskipun begitu, dukungan ikhlas tetap menjadi hal nyata yang bisa memengaruhi psikologis tim dan pendukung, yang menguatkan posisi SEDE menjelang Pilkada.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai agama, pesan-pesan religius ini memberi warna tersendiri dalam kontestasi politik Aceh Tengah. Narasi bahwa “yang haqq akan menang dan yang bathil akan hancur” merupakan simbol keinginan masyarakat untuk pemimpin yang adil dan berakhlak. Dalam konteks ini, kehadiran SEDE menjadi harapan akan pemimpin yang tidak hanya bekerja demi kepentingan politik, tetapi juga demi kemakmuran dan keadilan.
Bagi masyarakat yang menyaksikan, “tol langit keikhlasan” ini adalah seruan bagi para pemilih untuk memilih dengan hati nurani, dan bagi para kandidat untuk berlomba-lomba dalam kejujuran. Terlepas dari kontroversi pandangan spiritual dalam politik, yang tak terbantahkan adalah masyarakat Aceh Tengah menginginkan pemimpin yang membawa perubahan positif, dan keikhlasan ini, jika diterjemahkan dengan tepat, bisa menjadi langkah awal menuju masyarakat yang berdaulat dan bermartabat.
Riil by Said Muslim