Mencoba berdamai dengan diri sendiri Setelah aku memutuskan untuk pergi, aku memilih diam di atas semua lukaku, aku dengan sengaja tidak speak up untuk menjadi benar dan aku tidak mencari pembelaan dari siapapun. Aku membiarkan semua orang-orang salah paham terhadapku, berpura-pura tidak mendengar omongan jahat yang mereka lontarkan kepadaku. Karna aku percaya suatu saat kebenaran akan terungkap dengan sendirinya dan aku juga percaya apapun yang menjadi hakku tuhan akan mengembalikan hak itu kepadaku.

Beberapa waktu telah berlalu akupun sudah mencoba berdamai dengan keadaan dan menjadi pribadi yang lebih tenang. Meski sesekali termenung sambil memperhatikan banyak manusia. Namun perhatianku tertuju kepada satu manusia yang berusaha dengan segenap jiwa dan raganya untuk mencoba mendekatiku, awalnya aku mengacuhkan nya, tapi lama-kelamaan dia terus menarik perhatianku lagi dan lagi. Tidak peduli seberapa keras penolakanku yang terus menganggapnya sebagai teman dan tidak bisa lebih dari itu. dia tetap teguh dengan pendiriannya bahwasanya dia berpikir dia mampu menjadi manusia yang akan tinggal di dalam hatiku tidak perduli sesakit apa dan sekecewa apa dia saat itu tetapi dia tetap memprioritaskan aku di atas segala urusannya, seakan-akan akulah manusia paling terpenting di dalam hidupnya, sayangnya apapun usahanya kala itu tidak pernah tampak di mataku. Terbilang jahat tapi itu semua bukan atas dasar hati dan keinginanku tapi pengaruh dari separuh jiwaku yang pergi

 

Bisakah aku kembali mencintai
Dengan separuh jiwaku yang hilang
-TD-

Apakah manusia yang penuh luka sepertiku
Pantas mendapat cinta sebesar itu
Dari manusia tulus sepertinya?
-TD-

apakah aku bisa berbahagia?
Apakah aku bisa menghapus luka lalu itu?
Dan menganggap seolah itu semua tidak pernah terjadi dalam hidupku
-TD-

Aku tau dia sangat mencintaiku
Tapi aku memilih untuk sengaja tidak tau
-TD-

 

Aku melihatnya
Melihat semua usahanya menggapaiku
Tapi aku tidak ingin dia terluka karenaku,
Di dalam rumahku masih banyak sekali pecahan kaca
Aku tak mau kakinya terluka karna masuk kedalam rumah ini
-TD-

 

Tak perduli seberapa keras penolakanku terhadapnya, dia tetap terus berusaha memperbaiki keping demi keping hatiku yang hancur, perlahan tapi pasti dia membantuku untuk membuka mata dan melihat dunia. Dia menjelaskan bahwa isi dunia ini luas, banyak keindahan yang aku belum ketahui dan belum aku coba. Untuk apa meratapi sesuatu yang telah hilang, dia juga menjelaskan arti kehidupan dan bahkan tuhan menjanjikan sesuatu yang indah untuk semua hambanya, karna hanya tuhan yang tau mana jalan terbaik untuk di lewati hamba-hambnya, meski sulit tapi tuhan sudah menjanjikan keindahan itu di depan sana. Seoalah tak menghiraukan rasa sakitnya dia terus menerus tampa lelah mendekatiku tampa memperdulikan hatinya yang mungkin saja terluka karna sikap acuh tak acuhku.

Tak berselang lama waktu berjalan, tak terasa aku mulai melihatnya, aku juga mulai mau bercerita banyak dengannya, bercerita ini dan itu bahkan aku juga menceritakan sesuatu yang mungkin tidak perlu untuk di ceritakan. Apakah mungkin aku telah membuka hatiku untuknya? Mengapa bisa? Entahlah, pertanyaan itu terus tergiang-ngiang di kepalaku dan memenuhi isi otakku. Mungkinkah aku terlalu cepat untuk memberi hatiku untuk manusia lain? Tapi di satu sisi lain ketakutanku mulai muncul. Ketakutan akan dia bisa saja terluka karnaku itu sangat besar. Aku takut traum-trauma masalaluku bisa menyakitinya. Bukankah sangat egois bila aku memberikan harapan padanya, lalu jika pada akirnya aku juga yang memberikan luka dan rasa sakit itu untuknya, apakah aku pantas di sebut sebagai manusia? Bagaimana ini tuhan, aku juga ingin merasakan kemabali kebahagiaan itu tapi, apakah aku pantas menerima ketulusannya? Aku ingin bahagia tapi aku juga tidak ingin membuat dia terluka.

Di kala kebimbangan itu, aku terus menerus memanjatkan berdoa dengan bersungguh-sungguh serta meminta petunjuk dari sang penciptaku, aku menyerahkan segala baik buruknya jalan hidupku kedepan padanya, karna hanya dia penentu takdir dari setiap manusia dan hanya dialah satu-satunya zat yang mampu membolak balikkan isi hati manusia. Dan yaa aku mendapatkan semua jawabannya. Aku ingin merasakan butterfly eraku sekali lagi. Dengan sangat yakin dan percaya aku membuka kembali hati yang dulunya sangat enggan untuk ku buka meskipun hanya sekali.

Terimakasih untuk semua jerih dan payah yang selama ini selalu kamu usahakan untuk bisa menggapaiku. Perasaanku padamu kini mulai membaik dan sudah mulai mengalir dengan sendirinya begitu saja. Aku mulai membalas semua cintamu, meski perasaan itu belum sempurna tapi aku akan tetap terus berusaha. Aku tau perjuanganmu itu tidak mudah, tapi ayo berusaha sedikit lagi agar aku tidak meragukan cintamu. Setelah itu mari nanti kita rayakan bersama-sama cinta baru ini dan tunjukan pada dunia bahwa selalu ada akir yang baik setelah awal yang kurang baik.

 

sebelum aku luluh denganmu,
aku sempat bersikeras untuk tetap tidak ingin jatuh cinta lagi
tapi sekarang aku percaya untuk memilihmu sebagai cinta baruku,
jadi tolong untuk jangan mengecewakanku.

-TD-

 

Aku sudah banyak mengalah demi kebahagiaan manusia lain,
Tolong kali ini biarkan aku yang merasakan kebahagiaan itu tuhan.
-TD-

 

Ikuti saja alurnya
Dan nikamati saja semua rasa sakitnya
-TD-

 

Aku mulai mencintaimu,
Tapi aku takut keraguanku bisa melukaimu.
-TD-

 

Coming Soon Bagian-3