Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan budaya, termasuk dalam hal kuliner tradisional. Setiap daerah memiliki makanan khas yang bukan hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan sejarah dan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

Salah satunya adalah gutel, makanan khas suku Gayo yang berasal dari dataran tinggi Aceh Tengah.

Gutel merupakan makannan tradisonal makanan khas Gayo gutel terbuat dari tepung beres, kelapa dan gula merah, bahan bahan ini di olah hinggga menyatu hingga membentuk tekstur yang padat dan menggumpal sesuai dengan kata “gutel” dalam bahasa gayo yaitu menggumpal.

Selain rasanya yang manis gurih, gutel dikenal sebangai daya tahannya yang lama,membuatnya cocok dijadikan bekal perjalanan atau makannnan makna lapangan.

Masyarakat gayo sejak dahulu kerap membawa gutel saat pergi ke ladang , berburu,atau dalam perjalanan jauh, gutel bukan hanya soal rasa tetapi juga sejarahnya.

Di sisi lain gutel juga memiliki makna simbolis yang mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong. Proses pembuatnya biasanya di lakukan mencelang acara adat dan kenduri.

Artikel ini akan menbahas gutel secara mendalam: mulai dari asal usul dan makna mya, fungi sosial dan sejarahnya, hingga tantangan pelestariannya di era modern, dengan begitu, kita dapat melihat bahwa makanan tradional seperti gutel bukan hanya soal rasa, tetapi juga bagian penting dari warisan budaya bangsa.

Metode penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah, jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriftif. Objek penelitian adalah mana kalimat gutel pada acara seperti kenduri dalam masyarakat Gayo.

Sabjek penelitian kampong yang di pilih secara acak yang menjadi narasumber untuk memberikan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah proses pencarian untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap kasus yang dihadapi dan menyajikan temuan tersebut pada orang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dekiantara hamparan bukit hijau dan hawa sejuk dataran tinggi gayo,Aceh Tengah,tersimpan berbagai kayaan budaya yang belum banyak diketahui public. Salah satu adalah gutel,makanan tradisional yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Gayo. Meskipun sederhana, gutel menyimpan nilai histeris, social, dan budaya yang begitu dalam.

Nama “gutel” bwrasal dari bahasa gayo yang berarti “menggumpal” atau “mengental”, merujuk pada tekstur khas ,makanan ini setelah dimasak. Gutel dibuat dari beras tetan putih, parutan kelapa, dan gula merah, kemudian dimasakhingga menyatu dan padat,dan dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil atau dikepal menyerupai lontong.

Makanan ini bukanlah kreasi baru. Ia telah diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang masyarakat gayo sebagai bekal perjalanan jauh bekerja diladang, hingga di jadikan makanan darurat saat masa penjajahan. Daya tahan gutel yang cukup lama menjadikannya dilihan ideal dalam kondisi minim logistic.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dian Hardianti(2019), disebutkan bahwa gutel pernah menjadi bagian dari bekal para pejuang Gayo saat melawan penjajah. Saat itu, masyarakat gayo belum mengenal makanan instan atau kemasan seperti sekarang. Gutel, yang terbuat dari bahan-bahan lokal,menjadi menjadi solusi praktis sekaligus bergizi tinggi untuk menemani perjalanan mereka dalam mempertahankan tanah air.

Lebih dari sekadar makanan, gutel menyimpan nilai nasionalisme dan daya juang. Ia menjadi simbol ketahanan masyarakat Gayo yang mandiri dan mampu bertahan di tengah keterbatasan.
Gutel juga memiliki peran penting dalam kehidupan penting dalam kehidupan sosial masyarakat Gayo.

Pembuatan gutel sering di lakukan bersama-sama,terutama menjelang acara adat,kenduri,penan raya,atau syukuran keluarga. Aktivitas ini mempererat hubungan atarwarga dan memperkuat nulai-nilai gotong goyong.

Biasanya, proses pembuatanmya melibatkan ibu-ibu kampong yang saling berbagai tugas: dari mengupas kelapa, menanak ketan, hingga membentuk gutel menjadi bulat-bulat kecil. Hasilnya kemudian dibagikan kepada para tamu, tetangga, atau dibawa sebagai hantaran.
Seiring masuknya budaya modern dan pola konsumsi baru, eksistensi gutel mulai tergeser.

Generasi muda lebih tertarik pada makanan modern, dan tidak banyak lagi yang tahu cara membuat gutel dengan cara tradisional. Namun, kesadaran untuk melestarikan makanan tradisional ini mulai tumbuh. Pemerintah daerah, komuniksi budaya, hingga pelaku UMKM setempat mulai melakukan berbagai upaya pelestarian.

Pelatih pembuatan gutel di sekolah dan komunitas perembuan,festival makanan tradisional Gayo yang memamerkan gutel sebagai ikon kuliner lokal,inovasi dalam pengemasan gutel sebagai oleh-oleh khas Takengon dengan tampilan lebih modern.

KESIMPULLAN

Gutel merupakan warisan kuliner khas Gayo yang menyimpan nilai sejarah, budaya, dan kebersamaan. Tak hanya sebagai bekal dimasa lalu, gutel juga menjadi simbol perjuangan dasn identitas masyarakat gayo. Proses pembuatannya yang melibatkan kebersamaan mencerminkan nilai gotong royong yang kuat.

Meski kini mulai tergerus oleh zaman, upaya pelestarian gutel sangat penting agar generasi muda tetap mengenal dan menghargai kearifan lokal.

Melestarikan gutel berarti menjaga jati diri dan sejarah yang hidup dalam setiap gumpalan manisnya. Namun, tantangan zaman modern membuat eksestensi gutel kian terancam.

Masyarakat, khususnya generasi muda mulai melupakan warisan ini karena terpengaruh oleh budaya instan dan modernisasi pola makan. Oleh karena itu, perlu ada upaya serius dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah, maupun pelaku budaya untuk menjaga dan melestarikan gutel, baik melalui pendidikan, promosi budaya, maupun inovasi produk.

Melestarikan gutel berarti tidak hanya mempertahankan sebuah makanan, tetapi juga merawat sejarah, nilai, dam jati diri masyarakat gayo. Gutel adalah warisan hidup yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan dan sudah sepatutnya terus di jaga, di kenalkan, dan banggakan.

Oleh: Harma Dira
Program studi S1 Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Takengon
e-mail:harmaaa3@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA
Dian Hardianti. (2019).Gutel Gayo: Upaya Masyarakat Kwcamatan dalam Mempertahankan Makanan Tradisional. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2018). Gutel: Penganan Khas Tanoh Gayo. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Liputan6.com.(2023). Gutel, Warisan Kuliner Khas Suku Gayo Penangkal Lapar Penyembuh Rindu.